Sabtu, 26 Oktober 2013

Tugas Antropologi Gizi


Tugas Jurnal
Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Kebutuhan Gizi Bayi”

 

Oleh :
BASRI
B 301 10 108


PRODI ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2013






GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG
KEBUTUHAN GIZI BAYI

A.    PENDAHULUAN
Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organorgan, serta menghasilkan energi (Proverawati A, 2009, p.1). Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun termasuk bayi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, balita mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya harus disesuaikan dengan keadaannya.  Kebutuhan zat gizi pada balita disesuaikan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan disesuaikan dengan kelompok umur dan kemampuan anak.
Gizi yang baik adalah gizi yang seimbang, artinya asupan zat gizi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kebutuhan nutrisi pada setiap orang berbeda-beda berdasarkan unsur metabolik dan genetikanya masing-masing. Nutrisi yang baik akan ikut membantu pencegahan terjadinya penyakit. Keseimbangan antara asupan dan kebuuhan zat gizi sangat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan, kesehatan, aktivitas anak, dan hal-hal lainnya.
Gizi merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan kualitas sumber daya manusia. Bayi merupakan kelompok rawan gizi. Diusia ini pertumbuhan otak masih berlangsung cepat. Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orangtua, khususnya ibu merupakan salah satu penyebab kekurangan gizi pada balita. Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Karena peranan ini sangat penting, sehingga pangan dan gizi dapat diibaratkan sebagai kebutuhan dan modal dasar pembangunan serta menjadi indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan.
Setiap orang memerlukan makanan yang baik yaitu makanan yang mengandung gizi baik. Jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh seseorang yang menjadi sumber masukan zat gizi bagi tubuh ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor sosial, budaya, kebiasaan, kesukaan, pengetahuan dan tingkat pendidikan, maupun faktor ekonomi. Faktor-faktor gizi pada bayi dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan gizi ibu, selain kondisi tersebut tingkat ekonomi keluarga juga mempengaruhi status gizi bayi.
Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi sangat penting sekali, hal ini disebabkan untuk menciptakan generasi masa datang yang lebih baik, peran ibu dalam merawat bayi dan anak menjadi faktor penentu. Masalahnya , kesadaran akan pentingnya pemberian gizi yang baik kadang belum sepenuhnya dimengerti. Ada orang tua yang sudah tahu tentang gizi sehat , tetapi tidak peduli. Ada juga yang belum tahu, tetapi tidak mencari tahu. Padahal seharusnya makanan bergizi dipersiapkan sejak ibu hamil dan masa balita. Kebutuhan gizi yang tidak sesuai dapat menyebabkan gizi kurang dan gizi buruk, bahkan dapat menyebabkan kematian. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi sangat berpengaruh terhadap status gizi bayi.
Ø  Tujuan penelitian
Tujuannya adalah untuk “Menggambarkan atau Mengungkapkan Bagaimana Pola Orang Tua Terhadap Pemberian Gizi pada Bayi” di BTN Perumnas Tinggede Kec. Marawola Kab. Sigi.
Ø  Manfaat Penelitian
Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam mengembangkan suatu penelitian, khususnya di bidang ilmu gizi masyarakat.

B.   HASIL DAN PEMBAHASAN
Ibu Yuliati dan bapak Sahidi adalah suami isteri sejak tahun 2000, mereka mempunyai anak 3, yang mana anak pertama bernama Lukman berumur 7 tahun kelas satu SD, kedua Husni berumur 5 tahun, dan yang terakhir masih bayi. Ibu Yuliati dan bapak Sahidi tinggal di BTN Perumnas Tinggede. Ibu Yuliati berumur 29 tahun dan pekerjaannya hanyalah seorang ibu rumah, sedangkan bapak Sahidi berumur 35 tahun Pekerjaannya adalah seorang Pegawai Negeri.
Menurut ibu Yuliati, ia menyusui bayinya sendiri karena menurut beliau, susu ibulah yang terbaik untuk bayi dibanding dengan minuman buatan yang banyak dijual dipasar. Di samping itu, minuman yang banyak dijual di pasaran itu tidak menjamin kwalitas minuman yang dijual untuk dikomsumsi bayi. Memberi minum dari susu ibu itu jauh lebih mudah dari pada memberi minuman buatan dan botol susu, dengan harus banyak minum air setiap hari agar asi yang diberikan pada bayi selalu ada terutama minum susu. Kalsiaum yang terkandung dalam susu diperlukan untuk tulang dan gigi bayi, dan juga melindungi tubuh si ibu. Ibu Yuliati selalu mengomsumsi susu dan telur serta makanan yang berisi sayur-sayuran dan protein tambahan dalam bentuk telur, keju, kacang-kacangan dalam setiap harinya demi menjaga asi yang diberikan pada bayinya tersebut.
Berapa kalikah ibu harus memberi makan pada bayi ? sebanyak bayi ini mau, tentu saja sekurang-kurangnya tiga atau empat jam, lebih banyak susu yang diminum bayi tersebut lebih bertambah pula susu yang dihasiilkan ibu Yuliati, asalkan ibu selalu minum secukupnya.
Bagaimana ibu mengetahui bahwa bayi minum secukupnya ? Dengan menimbang bayi itu sebelum diberi minum, dan sesudah itu ditimbang sekali lagi. Perbedaan berat menunjukkan berapa ons susu yang ibu dapatkan setiap kali menyusui, jika tidak bertambah empat ons setiap minggu, maka ibu perlu memberinya satu atau dua botol susu kaleng setiap hari, ini harus dibuat hanya sesudah bayi minum sepenuhnya dari susu ibu. Jika tetek ibu menjadi bengkak dan sakit, ibu menaruhkan kompres yang hangat dan lembab dua atau tiga kali sehari, selalu berhati-hati jangan sampai kulit terbakar dengan panas yang secukupnya saja biasanya akan meringankan bendungan di dalam tetek ibu. Jika ujung tetk menjadi sakit, ibu menggosokkan perlaha-lahan dengan alkhol dan sesudah itu ibu membilas dengan air bersih, jika terasa berat ibu memakai pembalut payudara untuk melindunginya.
Bayi mulai diberi makan sejak umur 6 bulan, adapun makanan yang diberikan seperti bubur shun (SGM 0-6 bulan) 3 kali sehari. Pagi jam 7 diberi makan setelah habis mandi, sebelum bayi dimandikan diberi asi dulu. Kemudian di siang hari jam 12-1 diberi makan sehabis tidur, dan malam jam 7 diberi makan lagi, kadang juga sore jam 4-5.
Bayi sangat tergantung dengan pola asuh orang tua, sehingga pengetahuan ibu berperan dalam status gizi balita/bayi. Pola asuh terhadap anak berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Perhatian cukup dan pola asuh yang tepat akan memberi pengaruh yang besar dalam memperbaiki status gizi.

C.     C PENUTUP
1.      Kesimpulan
Ibu Yuliati selalu menjaga kesehatan dan selalu mengomsumsi makanan yang berisi sayur-sayuran dan protein tambahan dalam bentuk telur, keju, kacang-kacangan dalam setiap harinya demi menghasilkan asi yang baik untuk anaknya. Pengetahuan ibu Yuliati menjaga kebutuhan gizi bayinya sudah termaksud baik dalam pemberian gizi pada bayi.
2.      Saran
Bagi ibu yang mempunyai bayi diharapkan selalu menjaga dan memberikan bayi makanan bernutrisi dan asi yang baik untuk kesehatan bayi demi menjaga kesehatan pada bayi tersebut. Selalulah Memberi minum dari susu ibu, karena itu jauh lebih mudah dari pada memberi minuman buatan dan botol susu, dengan harus banyak minum air setiap hari agar asi yang diberikan pada bayi selalu ada terutama minum susu.


DAFTAR PUSTAKA
As’ad, Suryani. 2002. Gizi Kesehatan Ibu Dan Anak. Depdiknas. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar